Berteman memang asyik. Bisa curhat, bisa mengenal karakter, bisa dapet pengalaman dan wawasan, juga bisa tukar pikiran. Namun jangan salah lho, nggak semua orang bisa kita jadikan teman. Apalagi teman baik. Kenapa? Karena nggak semua orang bisa ngajak kepada kebaikan. Jadi, kudu selektif dan juga hati-hati memilih teman. Jangan korbankan dirimu demi sebuah pertemanan, jika akhirnya kamu kudu membayar mahal dengan hancurnya masa depan kamu. Kagak pake dah!
Kamu masih ingat kan kasus tewasnya 10 remaja pada konser musik underground di Bandung Februari 2008 lalu? Nah, yang kita soroti itu adalah komunitas gaulnya. Tentu aja, sebab manusia itu biasanya akan nyari teman yang konsep dirinya sama. Idealismenya sama. Supaya apa? Supaya komunikasinya nyambung. Emang sih, nggak bisa dipukul rata bahwa komunitas gaul kayak gitu bikin rese. Tapi umumnya kan emang gitu. Tul nggak? Jadi di sini yang terpenting dan yang utama untuk diperhatikan adalah selektif memilih teman gaul, supaya nggak salah gaul. Setuju kan?
Boys and gals, meski kita selektif memilih teman, bukan berarti kita pengen eksklusif. Nggak. Berbeda boleh aja. Tapi jangan sampe membedakan diri dengan yang lain. Sekadar “say-hello” dengan teman sekelas yang kebetulan rada-rada amburadul sah-sah aja. Apalagi bila kita mampu ngajakin mereka ngaji. Tentunya lebih oke tuh. Cuma, emang nggak semua dari kita juga bisa dengan sukses ngajak ngaji teman model begitu. Minimal banget, jaga hubungan baik aja deh. Tul nggak seh?
Waktu saya sekolah dulu, ada juga teman model begitu. Tapi alhamdulillah saya masih bisa berteman, tapi nggak kebawa ancur. Lagian, tergantung kitanya sih. Kalo kita keukeuh dalam mempertahankan prinsip kita, teman kita yang model begitu juga menghargai kok. Jangan khawatir. Malah kalo kitanya tipe plin-plan suka diledekin dan mereka nggak percaya lagi. Rugi kan? Jadi, berteman boleh dengan siapa aja, asal kita pegang prinsip dan bila perlu jelasin deh sejelas-jelasnya ama mereka tentang siapa kita dan prinsip hidup kita. Jangan takut dan jangan ragu. Yakin itu.
Sobat muda muslim, teori komunikasi menunjukkan bahwa kita akan cenderung berkumpul dan berkelompok dengan mereka yang seragam dengan kita dalam beberapa hal, atau mungkin dalam semua hal. Anak-anak komplek dekat rumah saya, mereka nge-geng dengan kelompoknya dari anak-anak yang tinggal di komplek pula. Mereka bagai air dengan minyak kalo ama anak-anak kampung di seberang komplek. Nggak bisa nyatu. Begitu pula anak kampung dekat komplek, ya mainnya sama geng mereka yang dari kampung itu lagi. Geng ini, sangat boleh jadi udah terpola dengan pertimbangan status. Seperti mereka udah sadar diri dan akhirnya menjaga jarak dan membatasi teman gaul.
Waktu saya sekolah dulu, ada juga anak-anak yang dari kalangan kelas atas, lebih banyak main sama anak-anak kelas atas juga. Waktu di SMP banyak juga teman yang begitu. Anak borju gaulnya ama yang borju lagi. Kalo ada anak kere yang kebetulan pengen gabung, paling nggak doi kudu bisa nyetel dengan aturan tak tertulis geng tersebut. Apalagi kalo kudu tampil ala kaum borjuis pula.
Dalam bahasa psikologi, dikenal istilah peer group. Kelompok teman sebaya. Ini pengaruhnya kuat juga lho. Nggak percaya? Rasanya di antara kita udah pernah ngalami deh. Buktinya, kita lebih suka dan ridho ?terpengaruh’ teman ketimbang terpoles didikan orangtua di rumah. Alasannya, teman sebaya lebih mudah diajak ngobrol ketimbang ortu yang selalu dalam posisi ?memerintah’ dan sok kuasa. Walah, ini akibat kita nggak deket sama ortu. Kalo deket nggak kejadian deh model gini. Tul nggak? Sabda Rasulullah: “Orang itu mengikuti agama teman dekatnya; karena itu perhatikanlah dengan siapa ia berteman dekat”. (HR Tirmidzi)
Sebetulnya banyak yang bisa kita jadikan teman. Karena manusia di dunia ini juga begitu bejibunnya. Persoalannya cuma satu; sulit. Yup, mencari teman yang baik itu relatif lebih sulit. Tapi, bukan berarti kita nggak bisa mendapatkan. Insya Allah bisa kok, asal kita mau berusaha untuk mencarinya.
Ibu saya sering wanti-wanti kepada saya waktu kecil dulu, bahwa kalo bermain jangan nakal, jangan suka masuk rumah orang tanpa ijin, dan yang terpenting, jangan bergaul dekat dengan teman yang nakal, teman yang perangainya buruk. Sampe saya SD, SMP, dan sampe sekarang, saya masih ingat kata-kata itu. Melekat erat di benak saya.
Saya sadar dengan nasihat ibu, bahwa kita harus hati-hati dan selektif memilih teman. Saya nurut dan alhamdulillah, teman saya banyak yang baiknya. Ada juga waktu sekolah dulu teman yang rada-rada error, tapi itu nggak membuat saja juga ikutan error, karena kebetulan nggak saya jadikan sebagai teman dekat. Kadang-kadang saya ngajak mereka yang error untuk lebih baik. Ada yang nerima dan banyak pula yang menolak. Tapi hubungan baik tetap jalan kok. Sebatas pertemanan biasa aja. Bukan sebagai sahabat atau teman dekat.
Sobat muda muslim, gimana pun juga, berteman dengan orang yang baik dan juga berilmu bisa memberikan kenikmatan, kebahagiaan dan juga keuntungan buat kita. Saya pernah mengalaminya kok.
Jamannya masih sekolah SMA, ada teman yang selalu ngajakin saya ngaji. Dalam hati saya berpikir, buat apa ngaji lagi, saya udah pernah khatam al-Quran kok. Sholat juga udah bisa. Tapi rupanya teman saya ini ?nyundutin’ saya terus, hingga akhirnya saya meleleh juga dengan sikap gigihnya. Untuk menghibur doi, saya mau diajak ke tempat pengajiannya.
Hasilnya? Alhamdulillah, sejak saat itu saya mulai mencintai Islam. Karena dalam kajiannya banyak yang ternyata belum saya tahu dan pahami. Saya malu waktu itu, ternyata masih banyak ajaran Islam yang belum saya kuasai benar sementara saya merasa sombong bahwa saya udah bisa ngaji Quran dan sholat, serta nggak lepas puasa ramadhan.
Ah, seandainya nggak ketemu teman yang baik, dan tentunya nggak berteman dekat dengan yang baik perilaku dan keimanannya, rasanya sulit banget bagi saya untuk menemukan jalan hidayah Allah itu. Terima kasih sahabatku.
Jadi teman dekat sebaiknya yang…
Pertama, pilih teman yang baik perangai dan perilakunya untuk dijadikan sebagai teman dekat atau sahabat. Ini bukan persoalan membedakan diri. Tapi ini untuk kebaikan kamu juga. Pilihlah teman yang baik perangainya; tidak arogan, tidak cepat marah, dan tidak suka melecehkan. Pilih juga teman yang nggak suka hura-hura dan suka nongkrong nggak karuan dan carilah teman yang tidak dekat dengan miras dan narkoba. Sebabnya pasti, kalo ada teman main yang akrab dengan Singa Jengke dan Topi Nyengled (hehehe.. ini istilah para preman untuk menyebut merek minuman keras), bukan tak mungkin kita kebawa nenggak miras juga. So, ati-ati ye!
Kedua, yang punya prinsip kuat. Kenapa harus yang kuat memegang prinsip hidup? Karena biasanya merekalah orang-orang yang nggak mudah dikalahkan dan nggak mudah menyerah. Ia akan bersikukuh dengan kebenaran yang diyakininya dan kita bisa belajar darinya. Bukan tak mungkin pula kalo akhirnya kita juga bisa menyebarkan kepada teman yang lain yang menjadi teman dekat kita nantinya.
Tapi tentu saja, prinsip kuat yang dipegangnya adalah dalam hal kebenaran Islam, bukan kemaksiatan. Sebaliknya, kamu juga kudu punya prinsip kuat supaya nggak salah gaul, sekaligus jadi inceran teman lain untuk menjadikanmu sebagai teman dekatnya. Adil kan?
Ketiga, pilih yang menghargai dirinya sendiri. Yang ini kudu dicari. Sebab, orang yang pandai menghargai dirinya sendiri biasanya pandai juga menghargai orang lain, termasuk kamu, yang akan menjadi teman dekatnya nanti. Untuk ngecek, silakan lihat bagaimana dia berpakaian, bagaimana cara dia berbicara dengan orang lain, dan bagaimana menghormati orangtuanya.
Sebabnya kenapa? Karena orang yang menghargai dirinya, akan senantiasa menjaga imej diri. Berpakaian pun ia pandai memilih busana apa yang bisa menjaga dirinya. Sebagai muslim, maka ia akan menyesuaikan selera busananya tunduk pada aturan syariat Islam. Juga, kalo teman kamu ini tutur katanya sopan, santun, dan menghargai orang lain, maka insya Allah ia sudah menjaga imej dirinya di hadapan orang lain dan ia akan berusaha menghargai orang lain yang berhubungan dengannya.
Intinya sih, orang yang bisa menghargai dirinya sendiri insya Allah adalah pilihan tepat untuk dijadikan teman dekat. Nah, biar adil sih, kamu juga musti menjadi pribadi yang bakal dicari orang lain untuk dijadikan teman dekatnya. Setuju kan?
Keempat, pastikan ia seseorang yang bisa dipercaya. Tentunya ini dambaan banyak orang termasuk kamu ya? Karena bisa menjaga rahasia hidup kita. Cara menilainya, kamu bisa cek atau ngetes dengan cara “ngomongin” kejelekan orang lain. Kalo dia nggak suka ngegosip, insya Allah rasanya pas deh kalo jadi temanmu. Insya Allah bisa dipercaya.
Sebaliknya, kamu juga harus memposisikan diri agar menjadi inceran orang lain untuk menjadikan kamu teman dekat yang bisa dipercaya. Jadi, kalo sama-sama berkualitas kan hubungan pertemanannya jadi lebih oke. Klop, karena sama-sama ngerti dan ngertiin.
Kelima, cari yang penuh semangat juang. Wah, ini bisa menjadi teman dekat di saat kita lagi bete. Ia bisa menjelma jadi penyemangat ulung untuk membangkitkan gairah kita. Lihat deh dari aktivitasnya yang nggak kenal lelah. Kalo di depan teman-teman ia tak pernah mengeluh, insya Allah ia adalah seseorang yang penuh semangat juang. Go! Go! Cari sampe dapet! Oya, jangan lupa bahwa diri kita juga harus memiliki potensi dan semangat yang sama agar jadi idaman teman lain untuk menjadikan kita teman dekat mereka.
Oke deh, itulah pentingnya mencari teman dalam hidup ini. Lagian, kita hidup di dunia ini sementara. Apa yang bisa kita bawa kepada Allah Swt di hari penghisaban selain amal baik kita. Jadi, mulailah memupuk amal baik, salah satunya bisa dicoba mencari partner hidup yang bisa mengajak kita lebih baik dalam hidup ini. Dialah teman kita, sahabat kita.
Itu sebabnya, meski agak susah nyari teman yang ideal seperti yang kita inginkan untuk kebaikan kita, tapi bukan berarti kita diam aja. Kita juga bisa melakukan yang terbaik untuk ?memancing’ orang agar menjadikan kita sebagai teman dekat sekaligus teman baiknya.
0 comments:
Post a Comment